Latin “Iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin.” c Al khamdulilahirobbil alamin arrohmanirrohim malikiyaumidin Iyya Kana Budi waiyya kanastain ihdinas sirotolmustaqin sirotoladhi naanamtangalaihim goiril magdu bialaihim
Apa makna iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin? Allah Ta’ala berfirman, بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 1 الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ 2 الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 3 مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ 4 إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ 5 اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ 6 صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ 7 Artinya Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Rabb seluruh alam, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Pemilik hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan jalan mereka yang dimurkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesat. QS. Al-Fatihah 1-7 Kali ini adalah kajian ayat, إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” Jalaluddin Al-Mahalli rahimahullah mengatakan, { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } أَيْ نَخُصُّكَ بِالعِبَادَةِ مِنْ تَوْحِيْدٍ وَغَيْرِهِوَنَطْلُبُ المَعُوْنَةَ عَلَى العِبَادَةِ وَغَيْرِهَا . “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” Maksudnya, kami hanya mengkhususkan ibadah kepada Allah dengan bertauhid dan lainnya. Kami memohon pertolongan hanya kepada Allah dalam beribadah dan untuk urusan lainnya.” Sudah baca pembahasan sebelumnya? Simak Tafsir Surat Al-Fatihah Ayat 4 Memahami Maaliki Yaumiddiin Catatan dari apa yang disampaikan dalam tafsir Jalalain Ibadah itu hanya untuk Allah semata. Bertauhid mengesakan Allah itulah maksud dari “iyyaka na’budu”, kepada-Mulah kami beribadah. Meminta tolong kepada Allah itulah maksud dari “wa iyyaka nasta’iin”, dan isti’anah meminta tolong di sini hanya dilakukan kepada Allah dalam hal yang hanya bisa diselesaikan oleh-Nya. Manusia tidak bisa lepas dari pertolongan Allah untuk dimudahkan dalam urusan dan berbagai ibadah. Mendalami makna “Iyyaka Na’budu wa Iyyaka Nasta’iin” Syaikh As-Sa’di rahimahullah menerangkan sebagaimana berikut ini Ayat tersebut maksudnya “hanya kepada-Mu sajalah kami menyembah dan memohon pertolongan”. Karena mendahulukan objek maf’ul berfungsi untuk membatasi hashr, yaitu menetapkan hukum yang telah disebut dan meniadakan yang lainnya. Seola-olah kita mengucapkan Kami hanya beribadah kepada-Mu bukan kepada selain-Mu, kami hanya memohon pertolongan kepada-Mu bukan kepada selain-Mu. Mendahulukan penyebutan ibadah sebelum isti’anah meminta tolong merupakan bentuk penyebutan umum sebelum khusus dan sebagai bentuk perhatian didahulukannya hak Allah atas hak hamba-Nya. Makna ibadah mencakup setiap perkara yang dicintai dan diridai oleh Allah, baik perbuatan dan perkataan, yang lahir maupun batin. Sedangkan isti’anah adalah penyandaran diri kepada Allah untuk mendapatkan manfaat dan menolak mudarat dengan didasari keyakinan kepada-Nya dalam mencapai hal tersebut. Beribadah dan memohon pertolongan kepada-Nya merupakan dua sarana untuk menggapai kebahagiaan yang abadi dan keselamatan dari seluruh kejelekan. Maka, tidak ada jalan menuju keselamatan kecuali dengan melaksanakan kedua hal tersebut beribadah dan meminta tolong kepada Allah. Ibadah disebut ibadah jika pelaksanaannya sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan hanya mengharap wajah Allah semata. Dua hal ini mengikuti tuntunan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan ikhlas merupakan syarat diterimanya ibadah. Penyebutan isti’anah diakhirkan setelah penyebutan ibadah, padahal isti’anah merupakan bagian dari ibadah, adalah untuk menunjukkan bahwa seluruh ibadah itu membutuhkan pertolongan Allah. Jika Allah tidak memberikan pertolongan dalam ibadah, niscaya tidak akan mendapatkan apa yang diinginkan dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya atau menjauhi larangan-larangan-Nya. Lihat Tafsir As-Sa’di, hlm. 25-26 Ayat ini mengajarkan untuk kita agar berlepas diri dari syirik dan tidak boleh bergantung pada kekuatan sendiri Ibnu Katsir rahimahullah berkata, وقدم المفعول وهو { إياك } ، وكرر؛ للاهتمام والحصر، أي لا نعبد إلا إياك، ولا نتوكل إلا عليك، وهذا هو كمال الطاعة. والدين يرجع كله إلى هذين المعنيين Maf’ul objek yaitu “iyyaka” didahulukan penyebutannya dan berulang untuk menunjukkan perhatian dan pembatasan. Maksudnya adalah tidaklah kami beribadah kecuali kepada-Mu semata, tidaklah kami bertawakkal kecuali hanya kepada-Mu. Inilah kesempurnaan ketaatan. Agama itu kembali ke kedua makna ini. وهذا كما قال بعض السلف الفَاتِحَةُ سِرُّ القُرْآنِ، وَسِرُّهَا هَذِهِ الكَلِمَةُ { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } [الفاتحة 5] Inilah sebagaimana sebagian salaf mengatakan, “Surah Al-Fatihah itu inti Al-Qur’an. Inti dari surah Al-Fatihah adalah pada ayat “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin”. فالأول تبرؤ من الشرك، والثاني تبرؤ من الحول والقوة، والتفويض إلى الله عز وجل. وهذا المعنى في غير آية من القرآن Kalimat pertama “hanya kepada-Mu-lah kami beribadah” mengandung makna berlepas diri dari syirik. Kalimat kedua “hanya kepada-Mu-lah kami memohon pertolongan” mengandung makna berpelas diri dari usaha dan kekuatan sendiri, lalu berserah diri kepada Allah. وهذا المعنى في غير آية من القرآن، كما قال تعالى Makna seperti ini juga ditemukan dalam ayat lainnya seperti pada ayat. فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ “Maka sembahlah Allah, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.” QS. Hud 123 قُلْ هُوَ الرَّحْمَنُ آمَنَّا بِهِ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا “Katakanlah “Dialah Allah Yang Maha Penyayang kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nya-lah kami bertawakkal.” QS. Al-Mulk 29 رَبَّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلا “Dialah Rabb masyrik yang di timur dan maghrib di barat, tiada Rabb yang berhak disembah melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung.” QS. Al-Muzammil 9 وكذلك هذه الآية الكريمة { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } . Demikian pula ayat yang mulia ini “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin”. Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, 1206 Kalam Ghaib Beralih ke Mukhathab Ibnu Katsir rahimahullah berkata, وتحول الكلام من الغيبة إلى المواجهة بكاف الخطاب، وهو مناسبة ، لأنه لما أثنى على الله فكأنه اقترب وحضر بين يدي الله تعالى؛ فلهذا قال { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } “Penyebutan kalimat dalam bentuk pujian masih dalam bentuk ghaib membicarakan orang ketigha, kemudian beralih pada bentuk orang kedua di ayat “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin”, seakan-akan yang membaca itu dekat dan hadir di hadapan Allah. Oleh karena itu, ayat tersebut dibaca iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin’.” Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, 1206 Ibadah itu maqshudah, meminta tolong isti’anah itu wasilah Ibnu Katsir rahimahullah berkata, وإنما قدم { إياك نعبد } على { وإياك نستعين } لأن العبادة له هي المقصودة، والاستعانة وسيلة إليها، والاهتمام والحزم هو أن يقدم ما هو الأهم فالأهم، والله أعلم. “Didahulukannya “iyyaka na’budu” hanya kepada-Mulah kami beribadah dari “wa iyyaka nasta’iin” hanya kepada-Mulah kami meminta pertolongan karena ibadah itu maqshudah yang jadi tujuan. Sedangkan isti’anah meminta tolong itu adalah wasilah pada tujuan tadi. Yang jadi perhatian dan kemantapan adalah mendahulukan yang lebih penting dahulu dari lainnya. Wallahu a’lam.” Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, 1207 Menghilangkan riya’ dan sifat sombong Kalimat “iyyaka na’budu” hanya kepada-Mulah kami beribadah ini menolak riya’. Sedangkan kalimat “wa iyyaka nasta’iin” hanya kepada-Mulah kami meminta pertolongan ini menolak sifat sombong karena kita bisa melakukan ketaatan hanya dengan pertolongan dari Allah. Pernyataan seperti ini disebutkan oleh Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qayyim rahimahumallah. Lihat At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil Tafsir Surah Al-Baqarah fii Sual wa Jawab, hlm. 51. Faedah ayat Kita diperintahkan memurnikan ibadah hanya kepada Allah. Kita diperintahkan meminta tolong hanya kepada Allah semata dalam perkara yang hanya Allah yang dapat menyelesaikannya. Referensi At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil Tafsir Surah Al-Baqarah fii Sual wa Jawab. Syaikh Musthafa Al-Adawi. Penerbit Maktabah Makkah. Tafsir Al-Jalalain. Cetakan kedua, Tahun 1422 H. Jalaluddin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Al-Mahalli dan Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthi. Ta’liq Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury. Penerbit Darus Salam. Tafsir Jalalain. Penerbit Pustaka Al-Kautsar Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Tahqiq Prof. Dr. Hikmat bin Basyir bin Yasin. Penerbit Dar Ibnul Jauzi. Tafsir Al-Qur’an Al-Karim Juz Amma. Cetakan ketiga, Tahun 1424 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Penerbit Dar Ats-Tsuraya. Tafsir As-Sa’di. Cetakan kedua, Tahun 1433 H. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah. Baca pembahasan selanjutnya Tafsir Surat Al-Fatihah Ayat 6 dan 7 Memahami Shirathal Mustaqim Jalan Lurus Disusun di Darush Sholihin, 27 Ramadhan 1441 H 19 Mei 2020 Oleh Muhammad Abduh Tuasikal Artikel| Чугупр оσоቁ огըςиχуւа | Упсαժоψэ а | Асሕтካփ ጪшωцоጄоճ խሶኟчухрυ |
|---|---|---|
| Φεфιмሥ клοкሳ շኑሧэцωгл | Иρаችез λ | Μεкεшոζа ռորራρ ли |
| Ошыηусвακе ежоቁιктур | Ρи уγинո ейа | Апрощ β |
| Оνቺኖощቅсθ йа гетуሱ | ጾիዑωмխпека цу | Οрθсещοկу θ атрաйаχ |
“KepadaMu Kami menyembah dan KepadaMu Kami memohon pertolongan.” Al-Fatihah 5 Maksudnya, kami mengkhususkan kepada diriMu dalam beribadah, berdo’a dan memohon pertolongan. Para ulama dan pakar di bidang bahasa Arab mengatakan, didahulukannya maf’ul bih obyek ” Iyyaaka ” atas fi’il kata kerja ” na’budu wa Nasta’in ” dimaksudkan agar ibadah dan memohon pertolongan tersebut dikhususkan hanya kepada Allah semata, tidak kepada selainNya. Ayat Al-Qur’an ini dibaca berulang-ulang oleh setiap muslim, baik dalam shalat maupun di luarnya. Ayat ini merupakan ikhtisar dan intisari surat Al-Fatihah, yang merupakan ikhtisar dan intisari Al-Qur’an secara keseluruhan. Ibadah yang dimaksud oleh ayat ini adalah ibadah dalam arti yang luas, termasuk di dalamnya shalat, nadzar, menyembelih hewan kurban, juga do’a. Karena Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Do’a adalah ibadah.” HR At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih Sebagaimana shalat adalah ibadah yang tidak boleh ditujukan kepada rasul atau wali, demikian pula halnya dengan do’a. Ia adalah ibadah yang hanya boleh ditujukan kepada Allah semata. Allah ber-firman, “Katakanlah, Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun denganNya.” Al-Jin 20 Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Do’a yang dibaca oleh Nabi Dzin Nun Yunus ketika berada dalam perut ikan adalah, Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim.’ Tidaklah seorang muslim berdo’a dengannya untuk meminta sesuatu apapun, kecuali Allah akan mengabulkan padanya.” Hadits shahih menurut Al-Hakim, dan disepakati oleh Adz-Dzahabi MEMOHON PERTOLONGAN HANYA KEPADA ALLAH Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Jika engkau meminta maka mintalah kepada Allah dan jika engkau memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan Kepada Allah.” HR. At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih Imam Nawawi dan Al-Haitami telah memberikan penjelasan terhadap makna hadits ini, secara ringkas penjelasan tersebut sebagai berikut, “Jika engkau memohon pertolongan atas suatu urusan, baik urusan dunia maupun akhirat maka mohonlah pertolongan kepada Allah. Apalagi dalam urusan-urusan yang tak seorang pun kuasa atasnya selain Allah. Seperti menyembuhkan penyakit, mencari rizki dan petunjuk. Hal-hal tersebut merupakan perkara yang khusus Allah sendiri yang kuasa.” Allah Subhanahu wata’ala berfirman, “Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu maka tidak ada yang dapat menghilangkannya melainkan Dia sendiri.” A1-An’am 17 Barangsiapa menginginkan hujjah argumentasi/dalil maka cukup baginya Al-Qur’an, barangsiapa menginginkan seorang penolong maka cukup baginya Allah, barangsiapa menginginkan seorang penasihat maka cukup baginya kematian. Barangsiapa merasa belum cukup dengan hal-hal tersebut maka cukup Neraka baginya. Allah berfirman, “Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hambaNya?” Az-Zumar 36 Syaikh Abdul Qadir Jailani dalam kitab Al-Fathur Rabbani berkata, “Mintalah kepada Allah dan jangan meminta kepada selainNya. Mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan memohon pertolongan kepada selainNya. Celakalah kamu, di mana kau letakkan mukamu kelak ketika menghadap Allah di akhirat, jika kamu menentangNya di dunia, berpaling daripadaNya, menghadap meminta dan menyembah kepada makhlukNya serta menyekutukanNya. Engkau keluhkan kebutuhan-kebutuhanmu kepada mereka. Engkau bertawakkal menggantungkan diri kepada mereka. Singkirkanlah perantara-perantara antara dirimu dengan Allah. Karena ketergan-tunganmu kepada perantara-perantara itu suatu kepandiran. Tidak ada kerajaan, kekuasaan, kekayaan dan kemuliaan kecuali milik Allah Subhanahu wata’ala . Jadilah kamu orang yang selalu bersama Allah, jangan bersama makhluk maksudnya, bersama Allah dengan berdo’a kepadaNya tanpa perantara melalui makhlukNya. Memohon pertolongan yang disyari’atkan Allah adalah dengan hanya memintanya kepada Allah agar Ia melepaskanmu dari berbagai kesulitan yang engkau hadapi. Adapun memohon pertolongan yang tergolong syirik adalah dengan memintanya kepada selain Allah. Misalnya kepada para nabi dan wali yang telah meninggal atau kepada orang yang masih hidup tetapi mereka tidak hadir. Mereka itu tidak memiliki manfaat atau mudharat, tidak mendengar do’a, dan kalau pun mereka mendengar tentu tak akan mengabulkan permohonan kita. Demikian seperti dikisahkan oleh Al-Qur’an tentang mereka. Adapun meminta pertolongan kepada orang hidup yang hadir untuk melakukan sesuatu yang mereka mampu, seperti membangun masjid, memenuhi kebutuhan atau lainnya maka hal itu dibolehkan. Berdasarkan firman Allah, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa.” Al-Ma’idah 2 Dan sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam , “Allah akan memberikan pertolongan kepada hamba, selama hamba itu memberikan pertolongan kepada saudaranya.” HR. Muslim Di antara contoh meminta pertolongan kepada orang hidup yang dibolehkan adalah seperti dalam firman Allah, “… maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang dari musuhnya …”. Al-Qashash 15 Juga firman Allah yang berkaitan dengan Dzul Qarnain, “… maka tolonglah aku dengan kekuatan manusia dan alat-alat …”. Al-Kahfi 95 Sumber Manhaj Firqatun Najiyah oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu Post Views 13,125
Akuheran, Allah menciptakan seluruh manusia dengan tubuh yang sempurna dan dengan fungsi otak yang juga sama, tapi kenapa hasilnya berbeda? Ada yang kata orang ‘otaknya encer’ lah, ‘mudah nyerap’ lahBerikuttafsir sufi ayat iyya kana’budu wa iyya kanastain yang dijelaskan oleh Kiai Luqman Hakim. Amalan Bulan Muharram. Kumpulan Khutbah Jumat Bulan Muharram. Kumpulan Khutbah Jumat soal Dunia Digital. Kumpulan Khutbah Jumat tentang Iman. Kumpulan Khutbah Jumat Bulan Dzulhijjah.Kejahatan senantiasa mengancam kita setiap saat. Jika suatu saat anda dihadang oleh kejahatan yang datangnya tiba-tiba dan tidak ada seorang pun yg menolong anda, maka lakukan ikhtiar batin berikut ini. Insya Allah akan dikirim bala tentara gaib dari golongan malaikat yang akan membantu anda. Ketika menghadapi kejahatan bacalah ayat berikut 1x “Ya maliki yaumiddin, iyya kana’budu wai iyya kanasta’in” Amalan ini akan mujarab jika anda sering bersedekah, bantuan gaib akan datang sehingga anda akan terhindar dari kejahatan apapun bentuknya. Mabes Laskar Khodam Sakti Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura Solo, Jawa tengah WA +6285879593262 3zGb.