Tema: "Bersyukur Kepada Tuhan" (Lukas 17 : 11-19) Tujuan : Hari ini kita mendengar cerita tentang orang yang bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan. Pada suatu hari, Tuhan Yesus pergi ke Yerusalem. Dalam perjalanan itu, Tuhan Yesus melewati sebuah desa. Di desa itu ada sepuluh orang yang sedang menderita sakit yang sangat parah.
Dalam kehidupan saya, saya telah memiliki kesempatan sakral untuk bertemu dengan banyak orang dengan berbagai kesedihan yang tampaknya telah memberikan dampak yang sangat mendalam bagi jiwa mereka. Di saat-saat seperti ini, saya mendengarkan curahan hati para brother dan sister terkasih saya dan berduka bersama mereka atas beban mereka. Saya merenenungkan apa yang harus diucapkan kepada mereka, dan saya telah bergumul untuk mengetahui bagaimana menghibur dan mendukung mereka dalam cobaan-cobaan mereka. Sering kali kesedihan mereka disebabkan oleh apa yang bagi mereka tampaknya sebagai suatu akhir. Beberapa ada yang menghadapi akhir dari suatu hubungan yang dihargai, seperti kematian seseorang yang dikasihi atau hubungan yang renggang dengan seorang anggota keluarga. Yang lain merasa mereka menghadapi akhir dari suatu harapan—harapan untuk menikah atau melahirkan anak atau mengatasi suatu penyakit. Yang lainnya mungkin menghadapi akhir dari iman mereka, ketika pengaruh-pengaruh yang membingungkan dan bertentangan di dunia menggoda mereka untuk mempertanyakan, bahkan meninggalkan, apa yang pernah mereka ketahui sebelumnya sebagai sesuatu yang benar. Cepat atau lambat, saya yakin bahwa kita semua mengalami saat-saat ketika kita merasa dunia seolah-olah runtuh, membuat kita merasa sendirian, frustrasi, dan terombang-ambing. Itu bisa terjadi kepada siapa pun. Tidak ada yang kebal. Kita Bisa Bersyukur Setiap orang memiliki situasi yang berbeda, dan detail setiap kehidupan adalah unik. Walaupun demikian, saya telah belajar bahwa ada sesuatu yang akan membebaskan kita dari kesedihan. Ada satu hal yang dapat kita lakukan untuk membuat kehidupan menjadi lebih menyenangkan, lebih menggembirakan, bahkan mulia. Kita bisa bersyukur! Mungkin terdengar bertentangan dengan kebijaksanaan dunia untuk menyarankan bahwa orang yang dibebani dengan kesedihan hendaknya mengucap syukur kepada Allah. Tetapi mereka yang mengesampingkan perasaan getir mereka dan alih-alih memilih untuk merasa bersyukur dapat mengalami penyembuhan, kedamaian, dan pemahaman. Sebagai murid Kristus, kita diperintahkan untuk “berterima kasih kepada Tuhan Allah [kita] dalam segala sesuatu,”1 untuk “bernyanyi bagi Tuhan dengan nyanyian syukur,”2 dan untuk “membiarkan hati [kita] penuh dengan ungkapan terima kasih kepada Allah.”3 Mengapa Allah memerintahkan kita untuk bersyukur? Semua perintah-Nya diberikan untuk menjadikan berkat-berkat tersedia bagi kita. Perintah-perintah adalah kesempatan untuk menjalankan hak pilihan kita dan untuk menerima berkat-berkat. Bapa Surgawi kita yang penuh kasih mengetahui bahwa memilih untuk mengembangkan sikap bersyukur akan membawa kita pada sukacita sejati dan kebahagiaan besar. Bersyukur untuk Segala Hal Tetapi ada yang mungkin mengatakan, “Saya harus bersyukur untuk apa ketika kehidupan saya berantakan?” Mungkin berfokus pada untuk yang kita syukuri adalah pendekatan yang salah. Sulit untuk mengembangkan sikap bersyukur jika kita berterima kasih hanya berdasarkan jumlah berkat yang kita miliki. Memang betul, penting untuk sering “menghitung berkat kita”—dan siapa pun yang telah melakukan ini tahu ada banyak berkat—tetapi saya tidak yakin Tuhan mengharapkan kita untuk kurang bersyukur pada saat-saat pencobaan daripada saat-saat berkelimpahan dan hidup nyaman. Sebetulnya, kebanyakan rujukan tulisan suci bukan berbicara mengenai bersyukur untuk segala sesuatu melainkan menyarankan untuk memiliki rasa atau sikap bersyukur secara keseluruhan. Adalah mudah untuk bersyukur untuk segala sesuatu ketika kehidupan tampaknya sesuai dengan keinginan kita. Tetapi bagaimana dengan masa-masa ketika apa yang kita harapkan tampaknya jauh dari jangkauan? Bolehkah saya menyarankan agar kita mempertimbangkan rasa syukur sebagai watak, gaya hidup yang tidak terpengaruh oleh situasi saat ini? Dengan perkataan lain, saya menyarankan bahwa alih-alih “bersyukur untuk segala sesuatu,” kita berfokus untuk “bersyukur dalam keadaan kita”—apa pun keadaan itu. Ada sebuah cerita lama mengenai seorang pelayan yang bertanya kepada seorang pelanggan apakah dia menikmati makanan yang disajikan. Tamu tersebut menjawab bahwa segala sesuatu baik-baik saja, tetapi akan lebih baik jika pelayan menyajikan lebih banyak roti. Keesokan harinya, ketika orang tersebut kembali, pelayan tersebut melipatgandakan jumlah roti, memberi dia empat potong roti alih-alih dua, tetapi orang tersebut masih kurang senang. Keesokan harinya, pelayan tersebut melipatgandakan roti lagi, tanpa berhasil. Pada hari keempat, pelayan benar-benar bertekad untuk membuat orang tersebut senang. Dan demikianlah dia mengambil sepotong roti berukuran 3 meter, memotongnya menjadi dua bagian, dan dengan tersenyum, menyajikannya kepada pelanggan tersebut. Pelayan hampir tidak sabar menunggu reaksi orang tersebut. Setelah makan, orang tersebut menengadah dan berkata, “Enak seperti biasa. Tetapi saya melihat Anda kembali memberikan hanya dua potong roti.” Bersyukur dalam Keadaan Apa pun Brother dan sister terkasih, kita harus membuat pilihan. Kita dapat memilih untuk membatasi rasa syukur kita, berdasarkan berkat-berkat yang menurut kita kurang. Atau kita dapat memilih untuk menjadi seperti Nefi, yang senantiasa bersyukur terlepas apa pun keadaannya. Ketika kakak-kakaknya mengikat dia pada kapal—yang telah dia bangun untuk membawa mereka ke tanah perjanjian—pergelangan kaki dan tangannya begitu sakit “itu telah membengkak amat parah” dan angin ribut mengancam untuk menelannya di kedalaman laut. “Walaupun demikian,” Nefi berkata, “aku memandang kepada Allahku, dan aku memuji-Nya sepanjang hari; dan aku tidak menggerutu terhadap Tuhan karena kesengsaraanku.”4 Kita dapat memilih untuk menjadi seperti Ayub, yang tampaknya telah memiliki segala sesuatu tetapi kemudian kehilangan semuanya. Namun Ayub menanggapi dengan mengatakan, “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali .… Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan.”5 Kita dapat memilih untuk menjadi seperti pionir Mormon, yang tetap bersyukur selama perjalanan yang lambat dan menyakitkan menuju Great Salt Lake, bahkan bernyanyi dan menari dan bersukacita karena kebaikan Banyak di antara kita cenderung akan menyerah, mengeluh, dan tertekan seandainya mengalami kesulitan dalam perjalanan seperti itu. Kita dapat memilih untuk menjadi Nabi Joseph Smith, yang sewaktu menjadi tahanan dalam kondisi yang menyedihkan di Penjara Liberty, menulis kata-kata yang mengilhami ini “Saudara-saudara terkasih yang tersayang, marilah kita dengan riang melakukan segala sesuatu yang berada dalam kuasa kita; dan kemudian bolehlah kita tetap bergeming, dengan keyakinan sepenuhnya, untuk melihat keselamatan dari Allah, dan untuk diungkapkannya lengan-Nya.”7 Kita dapat memilih untuk bersyukur, apa pun keadaannya. Jenis rasa syukur ini dapat tercipta terlepas apa pun yang terjadi. Itu lebih besar dari kekecewaan, kehilangan semangat, dan keputusasaan. Rasa syukur ini akan berkembang baik dalam keadaan sulit maupun dalam keadaan senang. Ketika kita bersyukur kepada Allah dalam keadaan apa pun, kita dapat mengalami kedamaian lembut di tengah-tengah kesengsaraan. Saat berduka, kita masih dapat bergembira dengan memuji Allah. Saat merasakan sakit, kita dapat bersukacita karena Pendamaian Kristus. Saat mengalami kesedihan yang mendalam, kita dapat memiliki penghiburan dan kedamaian akan pengaruh ilahi. Kita terkadang berpikir bahwa bersyukur adalah apa yang kita lakukan setelah masalah-masalah kita diatasi, tetapi itu adalah sudut pandang yang sangat sempit. Berapa banyak berkat yang akan hilang dalam kehidupan jika kita menunggu untuk menerima apa yang kita inginkan sebelum kita bersyukur kepada Allah untuk apa yang telah kita miliki? Bersyukur pada saat-saat susah tidak berarti bahwa kita senang dengan keadaan kita. Itu berarti bahwa kita menggunakan iman untuk melihat hikmah di balik kesulitan-kesulitan kita saat ini. Ini bukan rasa syukur yang diucapkan, melainkan rasa syukur yang dirasakan dalam jiwa. Ini adalah rasa syukur yang menyembuhkan hati dan mengilhami pikiran. Rasa Syukur sebagai Tindakan Iman Bersyukur dalam keadaan apa pun adalah tindakan beriman kepada Allah. Ini membutuhkan agar kita percaya kepada Allah dan berharap akan segala sesuatu yang adalah Dengan bersyukur, kita mengikuti teladan Juruselamat terkasih kita, yang mengatakan, “Tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.”9 Rasa syukur sejati adalah ungkapan pengharapan dan kesaksian. Itu datang dari mengakui bahwa kita tidak selalu memahami cobaan-cobaan hidup tetapi percaya bahwa suatu hari nanti kita akan memahaminya. Dalam keadaan apa pun, rasa syukur kita dipelihara oleh kebenaran-kebenaran yang berlimpah dan sakral yang memang kita ketahui bahwa Bapa kita telah memberikan kepada anak-anak-Nya rencana kebahagiaan yang besar; bahwa melalui Pendamaian Putra-Nya, Yesus Kristus, kita dapat tinggal selamanya dengan orang-orang yang kita kasihi; bahwa pada akhirnya, kita akan memiliki tubuh yang mulia, sempurna, dan baka, tanpa dibebani oleh penyakit atau ketidakmampuan; dan bahwa air mata kesedihan dan kehilangan kita akan digantikan dengan kebahagiaan dan sukacita yang berlimpah, “suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu.”10 Pasti jenis kesaksian inilah yang telah mengubah para Rasul Juruselamat dari orang-orang yang penuh ketakutan dan ragu menjadi utusan Tuhan yang tak gentar dan penuh kegembiraan. Pada jam-jam setelah Penyaliban-Nya, mereka dipenuhi dengan rasa putus asa dan duka cita, tidak bisa memahami apa yang baru saja terjadi. Tetapi satu peristiwa mengubah semua itu. Tuhan mereka menampakkan diri kepada mereka dan menyatakan, “Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku Aku sendirilah ini.”11 Ketika para Rasul mengenali Kristus yang telah bangkit—ketika mereka menyaksikan Kebangkitan mulia Juruselamat terkasih mereka—mereka menjadi orang yang berbeda. Tidak ada hal apa pun yang dapat mencegah mereka untuk memenuhi misi mereka. Mereka menerima dengan keberanian dan tekad siksaan, penghinaan, dan bahkan kematian yang akan datang kepada mereka karena kesaksian Mereka tidak bisa dicegah untuk memuji dan melayani Tuhan mereka. Mereka mengubah kehidupan orang-orang di mana pun mereka berada. Mereka mengubah dunia. Anda tidak perlu melihat Juruselamat, seperti yang dialami para Rasul, untuk mengalami perubahan yang sama. Kesaksian Anda terhadap Kristus, yang berasal dari Roh Kudus, dapat menolong Anda mengabaikan hasil akhir yang mengecewakan dalam kefanaan dan melihat masa depan cerah yang telah dipersiapkan oleh Juruselamat dunia. Kita Tidak Diciptakan untuk Akhir Mengingat apa yang kita ketahui mengenai tujuan kekal kita, dapat dipahami mengapa setiap kali kita menghadapi akhir yang menyedihkan dalam hidup tampaknya kita tidak dapat menerimanya. Tampaknya ada sesuatu di dalam diri kita yang menolak akhir yang menyedihkan itu. Mengapa demikian? Karena kita diciptakan dari zat yang kekal. Kita adalah makhluk kekal, anak-anak Allah Yang Mahakuasa, yang namanya Tanpa Akhir13 dan yang menjanjikan berkat-berkat kekal tak terbatas. Akhir bukanlah tujuan kita. Semakin kita belajar mengenai Injil Yesus Kristus, semakin kita menyadari bahwa akhir di dalam kefanaan ini bukanlah akhir sama sekali. Ini hanya selaan—jeda sementara yang suatu hari tampaknya kecil dibandingkan dengan sukacita kekal yang menunggu orang yang setia. Betapa saya sangat bersyukur kepada Bapa Surgawi saya bahwa dalam rencana-Nya tidak ada akhir yang sesungguhnya, hanya awal yang tidak akan pernah berakhir. Mereka yang Bersyukur Akan Dijadikan Mulia Brother dan sister, tidakkah kita memiliki alasan untuk dipenuhi dengan rasa syukur, terlepas apa pun keadaan kita? Apakah kita membutuhkan alasan yang lebih besar untuk membiarkan hati kita “penuh dengan ungkapan terima kasih kepada Allah”?14 “Tidakkah kita memiliki alasan besar untuk bersukacita?”15 Betapa kita akan sangat diberkati jika kita mengakui pengaruh Allah dalam kehidupan kita yang luar biasa. Rasa syukur kepada Bapa kita di Surga memperluas persepsi dan memperjelas pemahaman kita. Itu mengilhami kerendahan hati dan mengembangkan empati terhadap sesama manusia dan semua ciptaan Allah. Rasa syukur adalah bagian yang diperlukan bagi semua sifat seperti Kristus! Hati yang penuh syukur menyertai semua Tuhan telah memberikan kepada kita janji-Nya bahwa mereka “yang menerima segala sesuatu dengan rasa terima kasih akan dijadikan mulia; dan apa yang dari bumi ini akan ditambahkan kepada [mereka], bahkan seratus kali lipat, ya, lebih.”17 Semoga kita “hidup dalam ungkapan terima kasih setiap hari”18—khususnya selama akhir-akhir yang tampaknya tidak dapat dijelaskan yang merupakan bagian dari kehidupan fana. Semoga kita memperkenankan jiwa kita dipenuhi dengan rasa terima kasih kepada Bapa Surgawi kita yang penuh belas kasihan. Semoga kita senantiasa dan terus-menerus mengangkat suara kita dan menunjukkan melalui perkataan dan perbuatan rasa syukur kita kepada Bapa di Surga dan Putra Terkasih-Nya, Yesus Kristus. Untuk ini saya berdoa, dan memberi Anda kesaksian dan berkat saya, dalam nama Tuhan kita, Yesus Kristus, amin. Yesus Pendidikan Menalar/Mengasosiasi Sikap: Agama Katolik Merumuskan bahwa kehadiran membantu anggota untuk SD anggota keluarga sebagai keluarga di rumah kelas II. karunia Allah dalam Yogyakarta: mengembangkan diri Kanisius, 2010 Mengomunikasikan Menyanyikan lagu yang bertema kasih sayang antar anggota keluarga di rumah Bersyukur kepada Tuhan
Sponsors Link Yesus sendiri suka mengajar murid – muridNya menggunakan perumpamaan. Bahkan banyak dari perumpamaan – perumpamaan Yesus itu yang menjadi perumpamaan yang populer dan sering diperdengarkan untuk senantiasa mengingatkan kita semua agar kita tetap berada pada jalanNya. Penggunaan perumpamaan dapat membantu memudahkan Yesus untuk mengajarkan apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup kita dan hal ini juga membantu kita untuk lebih mengerti apa yang dimaksudkan oleh Yesus sendiri. Perupamaan juga bisa membantu kita untuk sedikit demi sedikit mengerti tentang apa yang Tuhan inginkan untuk kita lakukan dalam hidup kita mengenai apa yang benar untuk dilakukan dan mana yang seharusnya tidak dilakukan. Dalam Alkitab tentunya kita bisa menemukan banyak sekali perumpamaan yang membahas hampir segala sesuatu yang tentunya akan bermanfaat untuk membantu menumbuhkan iman kita kepada Tuhan. Salah satu jenis perumpamaan yang diajarkan oleh Yesus membahas tentang bersyukur dan persembahan. Kedua hal inilah yang akan saya bahas pada artikel kali ini karena permasalahan mengenai rasa syukur dan persembahan bisa terbilang cukup krusial dalam kehidupan kita sehari – hari. Berikut ini adalah beberapa ilustrasi Alkitab tentang bersyukur dan persembahan yang bisa saya bagikan dengan Anda 1. Janda miskin “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya semua yang dimilikinya, yaitu seluruh nafkahnya” Mrk 1238-44. Apakah Anda masih mengingat tentang ayat ini? Ayat ini adalah salah satu ayat yang seringkali diperdengarkan dalam khotbah Gereja untuk mengingatkan kita untuk senantiasa tidak berlaku sombong hanya karena kita bisa memberi persembahan dengan jumlah yang besar. banyak dari kita melakukan berbagai jenis persembahan ataupun bantuan untuk Gereja hanya untuk membuat diri sendiri menjadi semakin dipandang oleh orang lain, agar dihormati, dan lain sebagainya. Persembahan yang kita berikan untuk Gereja sebaiknya kita berikan secara ikhlas sama seperti seorang janda miskin yang sudah berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk Tuhan dengan segenap hatinya. Tetapi pertama tama, hal yang harus kita ketahui adalah tentang bagaimana cara menghitung persepuluhan dengan benar agar kita bisa memberikan kepada Tuhan sejumlah persembahan ataupun perpuluhan dengan jumlah yang pantas dan sesuai dengan kondisi kita masing – masing. Dengan memberikan persembahan, kita sama saja dengan mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas berkat yang telah kita terima. Lagi pula, uang persembahan itu bukan untuk Tuhan, melainkan untuk kembali lagi membantu sesama kita yang membutuhkan, membantu mengembangkan Gereja, mendanai kegiatan – kegiatan rohani, dan lain sebagainya. Dimana, semua hal ini juga baik adanya untuk membantu pertumbuhan iman kita. 2. Orang – orang upahan di kebun anggur Ilustrasi Alkitab tentang bersyukur dan persembahan selanjutnya diambil dari Injil Matius 201-16. Pada Injil Matius 201-16 menceritakan tentang pemilik kebun anggur yang memperkerjakan beberapa orang dengan perjanjian upah sebanyak satu dinar dalam satu hari. Para pekerja yang telah bekerja sehari suntuk merasa tidak adil karena upah mereka sama dengan upah pekerja yang hanya bekerja selama satu jam walaupun memang sudah ada perjanjian mengenai upah di awal sebesar satu dinar. Injil ini, mengingatkan kita untuk tetap bersyukur atas segala kejadian yang terjadi dalam hidup. Mungkin saja kita melihat bahwa orang lain yang baru saja memulai suatu pekejaan menjadi lebih sukses dari kita walaupun kita dan orang tersebut memulai pekerjaan dalam waktu yang bersamaan. Kita hanya bisa melihat segala sesuatu secara terbatas, hanya melihat orang lain dari luar dan tidak bisa mengetahui apa yang sudah dia kerjakan dibalik layar. Untuk itu sepatutnya kita senantiasa untuk tetap bersyukur dan bekerja keras atas kesempatan yang telah diberikan Tuhan kepada kita dalam bentuk apapun agar nantinya juga bisa berbuah dengan baik. Bukankah itu termasuk kedalam janji Tuhan bagi orang percaya bahwa semua akan indah pada waktuNya? Tetaplah senantiasa berada pada jalanNya dan gunakan kesuksesan orang lain sebagai pemicu semangat dan motivasi diri agar Anda bisa menjadi seseorang yang sukses juga. Dan yang perlu diingat, janganlah tinggi hati apabila Anda telah mencapai kesuksesan itu, melainkan tetaplah senantiasa bersyukur atas kesuksesan yang telah Anda terima dan senantiasa bertanggung jawab atas kepercayaan yang telah Anda terima. 3. Perumpamaan tentang talenta Ilustrasi Alkitab tentang bersyukur dan persembahan selanjutnya adalah perumpamaan tentang talenta yang berada pada Injil Matius 25 14-25 juga bisa menjadi renungan kita untuk tetap bersyukur. Dalam Injil Matius 25 14-25 disebutkan bahwa sang tuan memberikan talenta kepada hamba – hambanya sesuai dengan kemampuan mereka masing – masing. Hal ini sama seperti kita, Tuhan memberikan apa yang kita miliki seperti harta, kecerdasan, dan bakat sesuai dengan kemampuan kita. Tentunya berkat ini akan berbeda pada manusia yang satu dengan yang lainnya. Tetapi, Tuhan juga masih membuka kesempatan bagi kita dan akan tetap terus membuka kesempatan bagi kita yang ingin mengembangkan berkat yang telah kita terima. Kita harus benar – benar memahami arti bersyukur dalam Alkitab agar kita terhindar dari perasaan iri dan dengki kepada sesama yang bisa menghambat kita dalam mengembangkan berkat yang telah ktia terima dari Tuhan. Jangan hanya merasa iri hati atas kesuksesan ataupun kekayaan yang orang lain miliki karena tentunya apabila seseornag tersebut memiliki lebih maka lebih besarlah tanggung jawabnya atas segala sesuatu yang telah dipercayakan kepadanya itu. Tetaplah berusaha dan bertekun dalam doa karena akan sangat besar manfaat berdoa bagi orang kristen dalam membantu mengubah hidup kita menjadi lebih baik. 4. Dua macam dasar Perumpamaan tentang dua macam dasar ini dapat ditemui pada Injil Matius 7 24-27. Pada Injil ini diceritakan tentang dua orang yang mendirikan rumahnya di dua landasan yang berbeda. Yang satu mendirikan rumahnya diatas batu dan yang satu mendirikan rumahnya diatas pasir. Ketika ada badai menerpa, rumah seseorang yang berlandaskan batu tetaplah kokoh sedangkan rumah seorang yang lain hancur diterpa badai. Perumpamaan ini ingin mengingatkan kita bahwa apabila kita telah memasrahkan dan mempercayakan hidup kita kepada Tuhan, maka kita tidak perlu khawatir akan segala sesuatu yang terjadi pada hidup kita. Meskipun banyak kesulitan – kesulitan yang kita hadapi tetapi percayalah saja bahwa Tuhan akan mencukupkan segala sesuatunya dalam hidup kita. Dengan mengucap syukur setiap harinya atas segala rahmat yang telah Tuhan berikan hal ini sama saja dengan kita telah mempercayai Tuhan yang memegang kendali atas hidup kita. Karena itu dasarilah imanmu seperti seseorang yang membangun rumahnya dengan landasan batu dan bukannya pasir. Dasarilah hidupmu dengan rasa syukur dan tetaplah mengingat bahwa Yesus lebih besar dan lebih berkuasa dari masalah – masalah hidup yang engkau sedang hadapi saat ini. 5. Orang kaya yang bodoh Ilustrasi Alkitab tentang bersyukur dan persembahan yang selanjutnya menceritakan tentang orang kaya yang bodoh. Pada perumpamaan yang diceritakan dalam Injil Lukas 12 13-21 ini menceritakan tentang seorang kaya yang sedang berusaha meningkatkan kekayaannya terus menerus. Bahkan, ketika ia sudah tidak tahu lagi kemana ia akan menyimpan kekayaannya itu, ia tetap berusaha menyimpan kekayaannya dan berusaha menikmati kekayaannya itu suatu saat nanti untuk dirinya sendiri. Ia disebut – sebut sebagai orang kaya yang bodoh karena ia tidak memperhatikan keadaan disekitarnya, dimana masih banyak orang miskin yang memerlukan uluran tangan dan bantuan darinya. Ia juga tidak memperhatikan dan bahkan lupa bahwa apabila jiwanya diambil daripadanya maka ia tidak akan bisa menikmati kekayaan yang sudah ia kumpulkan itu. Hendaklah kita bersyukur dan apabila kita sudah merasa cukup dengan keadaan yang kita miliki saat ini cobalah untuk memperhatikan keadaan orang lain disekitar kita yang membutuhkan uluran tangan kita. Kiranya persembahan ataupun amalan yang bisa kita berikan untuk membantu orang lain juga bisa menjadi simpanan harta kita disurga nantinya. Karena hidup didunia hanyalah sementara dan hidup yang ingin kita tuju tentunya adalah hidup abadi bersama Dia. Ketahuilah juga akan perbedaan perpuluhan dan persembahan agar Anda tidak dibuat bingung karenanya. Ingatlah untuk senantiasa bersyukur atas segala rahmat yang telah Anda terima selama ini. Dan jangan lupa untuk berbagi kasih, membagikan sedikit yang Anda miliki kepada sesama yang membutuhkan, karena hal ini akan membantu Anda agar buah-buah Roh Kudus dalam diri Anda bisa bekerja secara maksimal dan membantu pertumbuhan iman Anda. Tidak ada gunanya untuk tetap menumpuk harta duniawi ketika kita tidak bisa menggunakan harta duniawi kita untuk mencapai harta surgawi. Semoga beberapa ilustrasi Alkitab tentang bersyukur dan persembahan yang sudah saya bagikan diatas bisa bermanfaat bagi Anda untuk menambah wawasan Anda serta membantu meneguhkan iman Anda dalam Kristus. Mungkin Anda juga bisa membaca berbagai renungan singkat kristen yang kami sediakan disini sebagai referensi bahan renungan dan refleksi diri agar kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Terima kasih atas kesediaan Anda yang telah membaca artikel – artikel dari kami, semoga semua artikel yang kami sajikan bisa membantu Anda untuk tetap tumbuh dalam Kristus. Tuhan Yesus memberkati kita semua.
bwzzcs.
  • 7gbyco3801.pages.dev/133
  • 7gbyco3801.pages.dev/245
  • 7gbyco3801.pages.dev/32
  • 7gbyco3801.pages.dev/20
  • 7gbyco3801.pages.dev/146
  • 7gbyco3801.pages.dev/15
  • 7gbyco3801.pages.dev/350
  • 7gbyco3801.pages.dev/250
  • cerita tentang bersyukur kepada tuhan