MuslimahCantik Indonesia ukhti : "Apa akhi mencintaiku?" Akhi : "Tidak, Ana mencintai Allah subhanahu Wata'ala" ukhti : "Apa akhi mencintai Hadits tentang jodoh. Foto UnsplashJodoh adalah salah satu rahasia Allah SWT yang menjadi pertanyaan besar bagi manusia. Jodoh merupakan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT yang tertulis dalam lauhul mahfuz dan ditakdirkan dengan atau pria baik niscaya akan dipertemukan dengan yang baik pula, begitu pula sebaliknya. Namun dalam proses pencarian sendiri ada yang berpendapat bahwa jodoh ditentukan melalui usaha dan berikhtiar yang sisanya diserahkan kepada Allah agama Islam sendiri terdapat beberapa hadits yang membahas tentang jodoh. Berikut beberapa hadist yang bicara mengenai Jodoh Pasti BertemuKalimat bahwa "jodoh tak akan kemana" rupanya memang benar. Jodoh menjadi cerminan diri dan tidak akan jauh dari siapa kita saat جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ “Ruh-ruh itu diibaratkan seperti tentara yang saling berpasangan, yang saling mengenal sebelumnya akan menyatu dan yang saling mengingkari akan berselisih.” HR. Bukhari dan MuslimHal ini juga dikuatkan dengan salah satu ayat dalam Alquran, yakni surat An Nur ayat لِلْخَبِيْثـِيْنَ وَ اْلخَبِيْثُــوْنَ لِلْخَبِيْثاَتِ وَ الطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَ الطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبَاتِ.“Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik”. QS. An Nur26Hadits tentang jodoh. Foto UnsplashHadits Jodoh di Tangan Allah SWTSebagai bagian dari takdir Allah SWT, jodoh menjadi sebuah ketetapan yang telah ditulis bahkan tahun sebelum manusia dilahirkan di bumi. كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ"Allah mencatat takdir setiap makhluk tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” HR. MuslimAnjuran Memilih Jodoh Menurut Rasulullah SAWWanita atau pria yang baik agamanyaAnjuran untuk memilih calon pasangan yang baik agamanya tercatat dalam hadits berikut المرأة لأربع لمالها ولحسبها وجمالها ولدينها، فاظفر بذات الدين تربت يداك“Wanita biasanya dinikahi karena empat hal karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih karena agamanya keislamannya, sebab kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” HR. Bukhari-MuslimWanita yang penyayang dan suburRasulullah SAW menganjurkan untuk memilih calon istri yang penyayang dan الودود الولود فاني مكاثر بكم الأمم“Nikahilah wanita yang penyayang dan subur! Karena aku berbangga dengan banyaknya ummatku.” HR. An Nasa’I dan Abu DawudMengetahui baik agama dan akhlaknya apabila ada yang melamarعن أبي هريرة قال رسول الله صلى الله عليه و سلم إذا أتاكم من ترضون خلقه و دينه فانكحوه إلا تفعلوا تكن فتنة في الأرض وفساد عريض . رواه الحاكم وقال هذا حديث صحيح الإسناد و لم يخرجاه"Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda “Apabila datang kepada kalian siapa yang kalian ridhai akhlak dan agama nya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak kalian lakukan, niscaya akan menjadi fitnah dan muka bumi dan kerusakan yang luas.” HR. Al-Hakim – sanadnya shahihHiasan terbaik bagi seorang pria adalah wanita sholihahالدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَاالْمَرْأَةُ الصَّالِحَة“Dunia adalah hiasan, dan sebaik-baik hiasan dunia adalah wanita Sholehah.” MuslimHadits tentang jodoh. Foto UnsplashNikahi wanita yang merdekaمَنْ أَرَادَ أَنْ يَلْقَى اللَّهَ طَاهِرًا مُطَهَّرًا فَلْيَتَزَوَّجْ الْحَرَائِرَ“Barang siapa yang mau menghendaki Allah dalam keadaan suci dan disucikan, maka hendaklah dia mengawini wanita merdeka." HR. Imam ibn MajahMenjalankan sunnah adalah menikahمن أحب فطرتي فليستن بسنتي ومن سنتي النكاح . رواه أبو يعلى قال حسين سليم أسد رجاله ثقاتDari Ubaid bin Sa’ad, Rasulullah SAW bersabda “Siapa yang menyukai fitrahku hedaknya ia bersunnah dengan sunnahku, dan termasuk sunnahku adalah menikah.”Jangan meminang wanita yang sudah di pinang oleh pria lainأَنْ يَبِيعَ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَلَا يَخْطُبَ الرَّجُلُ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ حَتَّى يَتْرُكَ الْخَاطِبُ قَبْلَهُ أَوْ يَأْذَنَ لَهُ الْخَاطِبُ“Sesama mukmin adalah bersaudara, maka baginya tidak halal menawar barang yang telah ditawar dibeli oleh saudaranya dan tidak halal meminang perempuan yang telah dipinang oleh saudaranya, kecuali bila saudaranya telah membatalkan pinangan.” Al Hadits Riwayat Bukhari dan MuslimKeberuntungan seorang muslim adalah mendapatkan wanita shalihahمَا اسْتَفَادَ الْمُؤْمِنُ بَعْدَ تَقْوَى اللَّهِ خَيْرًا لَهُ مِنْ زَوْجَةٍ صَالِحَةٍ إِنْ أَمَرَهَا أَطَاعَتْهُ وَإِنْ نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهُ وَإِنْ أَقْسَمَ عَلَيْهَا أَبَرَّتْهُ وَإِنْ غَابَ عَنْهَا نَصَحَتْهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِه”Tidak ada keberuntungan bagi seorang mukmin setelah bertaqwa kepada Alloh kecuali memiliki seorang istri yang Sholih. Yang bila disuruh, menurut dan bila di pandang menyenangkan, dan bila janji menepati, dan bila ditinggal pergi bisa menjaga diri dan harta suaminya.” HR. Ibnu Majah

B TEORI PERKAWINAN PERSPEKTIF TASAWUF 1. Pengertian perkawinan menurut tasawuf . Terdapat banyak ayat al-Quran dan hadis Nabi SAW sebagai rujukan fundamental umat Islam dalam semua sisi kehidupan, telah menggariskan hal-hal yang berhubungan dengan perkawinan.

A. Pendahuluan Esensi tasawuf itu telah ada sejak masa Rosulullah SAW. namun tasawuf sebagai ilmu keislaman adalah hasil kebudayaan islam sebagaimana ilmu-ilmu keislaman lainnya., seperti Fiqh dan ilmu tauhid. Pada masa Rosulullah SAW. belum dikenal ilmu Tasawuf , yang dikenal waktu itu adalah sebutan sahabat Nabi SAW . Tasawuf dan Islam tidak dapat dipisahkan , Tasawuf sebagai ilmu keislaman yaitu hasil kebudayaan Islam sebagaimana ilmu-ilmu lainnya, mempelajari ilmu Tasawuf adalah penting, telah diketahui bahwa dahulu masa kerasulan Nabi Muhammad SAW. adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dan sejarah mencatat bahwa factor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima. Tasawuf sebagai perwujudan dari ihsan, yang berarti ibadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya., apabila tidak mampu demikian, maka harus didasari bahwa Dia melihat dari kita, adalah kualitas penghayatan dari seseorang terhadap agamanya. Dengan demikian tasawuf sebagaimana mistisme pada umumnya, bertujuan membangun dorongan-dorongan yang terdalam pada diri manusia. Yaitu dorongan-dorongan merealisasikan diri sebagai makhluk , yang secara hakiki adalah bersifat kerohanian dan kekal. Berdasarkan uraian masalah di atas maka pemakalah menyajikan beberapa rumusan masalah yang perlu dibahas pada tema ini yaitu definisi Tasawuf, objek pembahasannya serta tujuan dan manfaat dari mempelajari Tasawuf. Di antara rumusan masalahnya sebagai berikut 1. Definisi ilmu tasawuf secara etimologis dan terminologis 2. Objek pembahasan dari ilmu tasawuf 3. Tujuan serta manfaat dari mempelajari ilmu tasawuf A. Pembahasan 1. Definis Ilmu tasawuf Secara etimologi, definisi tasawuf terdiri atas beberapa macam pengertian berikut pertama, tasawuf berasal dari istilah yang dikonotaskan dengan “ahlu suffah” أهل الصفة yang berarti sekelompok orang pada masa Rosulullah yang hidupnya diisi dengan banyak berdiam di serambi-serambi masjid , dan mereka mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah, atau para sahabat Anshar yang berada diemperan masjid Nabawi. Kedua, ada yang mengatakan Tasawuf itu berasal dari kata “shafa” صفا ء maksudnya adalah orang-orang yang menyucikan dirinya di hadapan Tuhan-Nya. Ketiga, ada yang mengatakan bahwa istilah Tasawuf dari kata “shaf” صف Adalah barisan atau orang yang ketika shalat selalu berada di saf yang paling depan. Keempat, ada yang mengatakan bahwa istilah Tasawuf dinisbatkan kepada orang-orang dari Bani Shuffah. Kelima, Tasawuf ada yang menisbahkannya dengan kata istilah bahasa Girk atau Yunani , yakni “sauf” سوفى, istilah ini disamakan dengan kata “hikmah” حكمة yang berarti kebijaksanaan. Keenam, ada juga yang mengatakan Tasawuf itu bersal dari kata “shaufanah” yaitu sebangsa buah-buahan kecil yang berbulu-bulu, yang banyak sekali tumbuh di padang pasir di tanah Arab, dan pakaian kaum sufi itu berbulu-bulu seperti buah itu pula, dalam kesederhanaannya. Ketujuh, ada juga yang mengatakan Tasawuf itu berasal dari kata “shuf” صوف yang berarti bulu domba atau wol. Tampaknya, dari ketujuh terma itu, yang banyak diakui kedekatannya dengan makna Tasawuf yang dipahami sekarang adalah terma yang ketujuh , yakni terma “shuf”. Diantara mereka yang cenderung mengaku terma yang ketujuh ini antara lain Al-Kalabadzi, Asy-Syuhrawardi, Al-Qusyari, dan lainnya, walaupun dalam kenyataannya , tidak setiap kaum sufi memakai pakaian wol . Definisi tasawuf secara terminologis adalah , a. Menurut Amir bin Usman Al-Makki. Ia pernah berkata, أن يكون العبد فى كل وقت بما هوأولى فى الوقت Artnya “Tasawuf adalah melakukan sesuatu yang terbaik di setap saat.” b. Menurut Al-Junaidi. Ia mendefinisikn , “ Tasawuf adalah membersihkan hati dari apa yang mengganggu perasaan makhluk , berjuang menanggalkan pengaruh budi yang asal [instink] kita, memadamkan sifat-sifat kelemahan kita sebagai manusia, menjauhi segala seruan hawa nafsu, mendekati sifat-sifat suci kerohanian, bergantung pada ilmu-ilmu hakikat ,memakai barang-barang penting dan terlebih kekal, menaburkan nasihat kepada semua orang, memegang janji dengan Allah dalam hal hakikat, dan mengkuti contoh Rosulullah dalam hal syariat. c. Menurut Al- kanany,menytakan bahwa tasawuf adalah, التصوف خلق فمن زاد عليك فى الخلق زاد عليك فى الصّفاء “Tasawuf adalah akhlak mulia barang siapa yang bertambah baik ahlaknya , maka bertambah pula kejernihan hatinya.” dalam al-Qusyairi, 1940139 . Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, tasawuf adalah Tasawuf merupakan salah satu bidang study islam yang memusatkan perhatian pada pembersihan aspek rohani manusia yang dapat menimbulkan akhlak mulia. pembahasan Tasawuf Dalam suatu hadits diriwayatkan حدثنا ابو نعىم حدثنا زكرياء عن عامر قال سمعت النعمان بن بشير يقول سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول الحلال بين والحرام بين وبينهما مشبهات لا يعلمها كثير من الناس فمن اتقى المشبهات استبرا لدينه وعرضه ومن وقع في الشبهات كراع يرعى حول الحمى يوشك ان يواقعه الا وان لكل ملك حمى الا ان حمى الله فى ارضه محارمه الا وان فى الجسد مضغة اذا صلحة صلح الجسد كله واذا فسدت فسد الجسد كله الا وهي القلب Artinya Sesuatu yang halal adalah jelas dan yang haram adalah jelas. Diatara keduanya ada suatu perkara yang mutasyabihat. Tidak banyak manusia yang mengerti tentang hal yang mutasyabihat. Barangsiapa yang menjaga diri dari hal-hal yang subhat tidak jelas antara halal dan haram maka akan terjaga agamanya dan barangsiapa yang tidak dapat menjaganya maka seperti penggembala kambing yang menggembala di lading luas yang di mungkinkan kambing tadi memakan makanan yang bukan berasal dari ladang milik yang mempunyai kambing tersebut. Ingat semua itu ada pemiliknya. Ingat sesungguhnya dalam jasad manusia ada segumpal darah, jika itu baik maka akan baik yang lainnya dan jika jelek maka jelek yang lainnya, apakah dia itu, ia adalah qalb atau hati . Dari hadits tersebut nampak bahwa obyek kajian tasawuf adalah hati atau jiwa manusia. Pembahasannya tidak secara fisik, karena hal tersebut lebih banyak ke masalah fisiologi manusia atau bilogi, namun pembahasan tasawuf lebih banyak menekankan pada masalah jiwa manusia secara immateri. Dalam membersihkan atau mensucikan hati ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mencapai derajat maqam yang tinggi disisi Allah, antara lain 1. Taubat 2. Wara’ 3. Zuhud 4. Fakir al-Faqr 5. Sabar as-Shabr 6. Tawakal 7. Ridha ar-Ridha dan Manfaat mempelajari Tasawuf • Tujuan mempelajari Tasawuf Pada dasarnya hakikat Tasawuf adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Melalui penyucian diri dan perbuatan-perbuatan amaliyah Islam. Oleh karena itu, beberapa tujuan Tasawuf adalah Ma’rifatullah mengenal Allah secara mutlak dan lebih jelas. Inti sari ajaran Tasawuf bertujuan memperoleh hubungan langsung dengan Allah SWT. Sehingga seseorang akan merasa berada di hadirat-Nya. Tasawuf memliki tujuan yang baik yaitu kebersihan diri dan taqorrub kepada Allah SWT. Namun, Tasawuf tidak boleh melanggar apa-apa ynag telah jelas diatur dalam Al-Qur’an dan As-sunnah , baik dalam aqidah, pemahaman ataupun tata cara yang dilakukan, Mustafa Zuhri mengatakan bahwa tujuan perbaikan akhlak itu, ialah untuk membersihkan kalbu dari kotoran-kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati menjadi suci dan bersih, bagaikan cermin yang dapat menerima Nur cahaya Tuhan. Ada beberapa peran Tasawuf dalam kehidupan modern, antara lain a. Menjadikan manusia berkepribadian yang saleh dan berakhlak baik b. Lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. c. Sebagai obat mengatasi krisis kerohanian manusia dekadensi moral . • Manfa’at mempelajari Tasawuf Faedah Tasawuf ialah membersihkan hati agar sampai kepada Ma’rifat Allah SWT. Sebagai Ma’rifat yang sempurna untuk keselamatan diakhirat dan mendapatkan keridlaan Allah SWT. Dan mendapat kebahagiaan abadi . Dengan adanya bantuan Tasawuf , maka ilmu pengetahuan satu dengan yang lainnya tidak akan bertabrakan, karena ia berada dalam satu jalan dan satu tujuan . Juga Untuk memperoleh hubungan langsung dan disadari denganTuhan, sehingga seseorang merasa berada di hadirat-Nya. B. Kesimpulan Tasawuf merupakan salah satu bidang study islam yang memusatkan perhatian pada pembersihan aspek rohani manusia yang dapat menimbulkan akhlak mulia. Kemudian obyek kajian tasawuf adalah hati atau jiwa manusia , pembahasan tasawuf lebih banyak menekankan pada masalah jiwa manusia secara immateri. Dalam membersihkan atau mensucikan hati ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk mencapai derajat maqam yang tinggi disisi Allah, antara lain 1. Taubat 2. Wara’ 3. Zuhud 4. Fakir al-Faqr 5. Sabar as-Shabr 6. Tawakal 7. Ridha ar-Ridha Tasawuf memliki tujuan yang baik yaitu kebersihan diri dan taqorrub kepada Allah SWT. Yakni memperoleh hubungan langsung dengan Allah SWT. Sehingga seseorang akan merasa berada di hadirat-Nya. Faedah Tasawuf ialah membersihkan hati agar sampai kepada Ma’rifat Allah SWT. Sebagai Ma’rifat yang sempurna untuk keselamatan diakhirat dan mendapatkan keridlaan Allah SWT. Dan mendapat kebahagiaan abadi Daftar Pustaka Syukur Menggugat Tasawuf. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Umarie Barmawie. 1966. Sistematika Tasawuf. Solo Penerbit Siti Syamsiyah. Solihin Muhammad, Rosihon Anwar. 2008. Ilmu Tasawuf. Bandung CV Pustaka Setia. Suryadilaga M. Alfatih, Miftahus Sufi. YogyakartaTeras. Syuha Harjan, Aqidah Akhlak MA kelas Xl. PT Bumi Aksara Agama RI Al-qur’an dan PT. Syaamil , Guru Bina PAI MA Tim Akhlak kelas Xl Semester Akik Pusaka I Perbedaan dan Persamaan antara Akhlaq dengan Ilmu Tasawuf. 1. Persamaan. Persamaan antara akhlaq dan tasawuf sesuai dengan firman Allah yaitu sebagai rahmat bagi seluruh alam, saling menyayangi dan tidak sombong, apa bila kita berakhlaq maka kita tidak akan sombong, para sufipun juga tidak sombong karena mereka tidak memikirkan duniawi.
HAKIKAT TASAWUFOleh Syaikh Dr. Sholeh bin Fauzan al FauzanKata tasawuf dan sufi tidak dikenal pada awal Islam. Ia terkenal ada setelah itu atau masuk ke dalam Islam dari umat-umat yang hidup di belakang Islam ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan dalam Majmu’ Fatawa-nya ”Adapun kata sufi tidak dikenal di 3 masa yang utama shahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in dan hanya dikenal setelah masa itu. Hal ini banyak dinukil oleh para imam , seperti imam Ahmad bin Hambal , Abu Sulaiman Ad-darani dan lain-lain. Diriwayatkan bahwa Sufyan Ats-Tsuari berbicara tentang masalah ini sufi, tapi sebagian mereka mengatakan riwayat tsb dari Al Hasan Al Sufi itu tidak ada dalam Islam. Ada yang mengatakan bahwa asalnya adalah dari kata Shuuf bulu domba dan inilah yang terkenal di kalangan banyak orang. Dan sufi yang pertama muncul adalah di negeri yang pertama kali mengadakan gerakan sufi ini adalah sebagian dari sahabat Abdul Wahid bin Zaid , ia adalah seorang sahabat Al Hasan Al Basri. Ia Abdul Wahid populer di Basrah dengan sifatnya yang keterlaluan dalam zuhud , ibadah , rasa takut dan lain-lain. Tidak ada penduduk kota itu yang seperti Syaikh telah meriwayatkan dengan sanad-sanadnya dari Muhammad bin Sirin bahwa telah sampai berita kepadanya tentang sebagian kaum yang lebih mengutamakan pakaian dari bulu domba. Ia berkata ” Sesungguhnya ada suatu kaum yang lebih mengutamakan memakai pakaian bulu domba. Mereka mengatakan ingin meniru pakaian Isa bin Maryam, sedangkan bimbingan dari nabi kita lebih kita cintai. Nabi juga memakai pakaian dari katun dan lain-lain, atau komentar yang senada dengan beliau Ibnu Taimiyah melanjutkan ” Mereka menisbatkan kepada pakaian yang dhahir, yaitu pakaian dari bulu domba, maka mereka disebut shuffi…. Akhirnya beliau ibn Taimiyah berkata ” Maka inilah asal tasawwuf, kemudian berkembang menjadi beraneka ragam dan bercabang-cabang”[1]Disini diterangkan bahwa tasawuf tumbuh di negeri-negeri Islam melalui para ahli ibadah dari Basrah sebagai hasil dari sikap keterlaluan mereka dalam zuhud dan ibadah. kemudian hal itu terus berkembang melalui kitab-kitab orang belakangan dan ditanamkan dinegeri-negeri kaum muslimin melalui ideologi-ideologi llain seperti Hindu, Budha dan kepasturan Nashrani. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Muhammad bin Sirrin yang berkata ”Sesungguhnya ada suatu kaum yang lebih mengutamakan memakai pakaian bulu domba. Mereka mengatakan ingin meniru pakaian Isa bin Maryam, sedangkan bimbingan dari nabi kita lebih kita cinta.”Jelaslah bahwa tassawuf memiliki ikatan dengan agama Nashrani !!!Dr. Shobir Tho’imah memberi komentar dalam kitab As Shufiyah Mu’taqadan wa Maslakan ”Jelas bahwa tasawuf memiliki pengaruh dari kehidupan para pendeta Nashrani , mereka suka memakai pakaian dari bulu domba dan berdiam di biara-biara. dan ini banyak sekali . Islam memutuskan kebiasaan ini ketika ia membebaskan negeri dengan tauhid. Islam memberikan bekas dengan jelas terhadap kehidupan peribadatan orang-orang dahulu”[2]Syaikh Ihsan Ilahi Dhahir rahimahullah berkata dalam bukunya At Tashawwuf al Mansya’ wal Mashadir ” Ketika kita memperhatikan dengan telitiI tentang ajaran sufi yang pertama dan terakhir belakangan serta pendapat-pendapat yang dinukil dan diakui oleh mereka di dalam kitab-kitab sufi baik yang lama maupun yang baru, maka kita akan melihat dengan jelas perbedaan yang jauh antara Sufi dengan al Qur’an dan As Sunnah. Begitu juga kita tidak melihat adanya bibit-bibit sufi di dalam perjalanan hidup Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam dan para shahabat beliau , yang mereka adalah sebaik-baik pilihan Allah dari kalangan mahlukNya setelah para Nabi dan Rasul ,ed , tetapi kita bisa melihat bahwa sufi diambil dari percikan kependetaan Nasharani , Brahmana Hindu dan Yahudi serta kezuhudan agama Budha[3].Syaikh Abdurrahman al Wakil rahimahullah berkata di dalam kitabnya Mashra’ut Tashawwuf ”Sesungguhnya tasawwuf itu adalah tipuan/makar paling rendah/hina dan tercela. Setan telah membuatnya menipu para hamba Allah dan memerangi Allah Azza wa Jalla dan rasulNya. Sesungguhnya tasawuf adalah sebagai topeng kaum Majusi agar ia terlihat sebagai seorang yang Rabbani , bahkan juga topeng semua musuh agama ini Islam. Bila diteliti ke dalam akan ditemui di dalamnya ajaran sufi itu Brahmaisme, Budhisme, Zorotoisme, Platoisme, Yahudisme, Nashranisme, dan Paganisme”[4]Dalam kesempatan ini kita telah membawakan pendapat-pendapat dari kitab-kitab sekarang tentang asalnya sufi dan juga banyak yang tidak kita sebutkan yang semuanya saling berpendapat seperti ini. Jelaslah bahwa sufi adalah ajaran dari luar yang menyusup ke dalam Islam. Hal ini tampak dari kebisaan-kebiasaan yang dinisbatkan kepadanya tashawwuf. Sufi adalah suatu ajaran yang aneh asing di dalam Islam dan jauh dari petunjuk Allah Azza wa dimaksud dengan kalangan sufi yang belakangan adalah mereka yang sudah banyak berisi kebohongan. adapun yang terdahulu dinisbatkan , mereka masih netral seperti Al Fudhail bin Iyadh , Al Junaid , Ibrahim bin Adham dan lain-lain.[Disalin dari kitab Haqiqatuth Tashawwuf wa Mauqifush Shufiyyah min Ushulil Ibadah wad Diin, Edisi Indonesia Hakikat Tasawwuf, Penulis Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan, Alih Bahasa, Muhammad Ali Ismah, Penerbit Pustaka As-Salaf , Gumpang RT 02/03 N0. 559 Kertasura Solo 57169 Cetakan I Rabi’ul Tsani 1419 H / Agustus 1998M] ________ Footnote [1] Majmu Fatawa XI 5-7 , 16, 17 [2] As Shufiyah Mu’taqadan wa Maslakan [3] At Tashawwuf al Mansya’ wal Mashadir [4] Mashra’ut Tashawwuf

HikmahIman Kepada Qada dan Qadar. · Selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah SWT, sebab percaya bahwa takdir Allah merupakan ketetapan yang terbaik bagi seluruh makhluk-Nya. · Selalu

Abstract Read online Sufism is one of the Islamic sciences that specifically addressed the inner truth of a man hakikat. Human existence is very dependent on the inner side, from this, human could be directed into a positive taqwa or negative person fujur. Moreover, study of this hakikat is usually done through a sufistic approach. Some of the well-known Sufi figures whose worthy of research is Abu Hamid Muhammad al-Ghazali ath-Thusi asy-Shafi’I, commonly called Imam al-Ghazali. The study of the hakikat conducted by Ghazali is very influential on the Islamic world and in fact modern-west. This study uses library research approach using books and literatures on his thoughts especially related to the subject of a man and Sufism. Result from this study shows that according to Ghazali, the concept of hakikat or the inner truth is posits inside an integrated individual soul and body, the soul as determinant of life and body as a container of the soul. If someone’s soul is clean taqwa then the body is also become clean taqwa and vice versa if his soul is dirty fujur then the body is become negative fujur. Hakikat would be appeared when a man become a ma’rifatullah . The attainment of the soul into ma’rifatullah stage must go through three processes. firstly takhalli , secondly, tahalli and tajalli and the third is al-nafs almuthma’innah which means having a calm and peaceful soul to be always together with the eternal substance. Keywords
Jodohadalah salah satu rahasia Allah maka harus "dijemput" dengan doa dan ikhtiar..
Saya masih ingat pandangan saya dulu “Kalau dua insan sudah berjodoh, pasti mereka berdua memiliki banyak kesamaan dan kecocokan. memlih pasangan pun harus sesuai keinginan dan faktor kecocokan dan kriteria kita. lalu apa sih yg dimaksud dgn JODOH. Sebab, pasangan yang kini menjadi pendamping seumur hidup saya ternyata lebih banyak ketidak cocokannya malah bertentangan apa yg dulu bayanngkan dan inginkan. Akhirnya saya bisa mengambil kesimpulan sendiri, bahwa sebenarnya hakekat jodoh itu bukanlah seperti pandamgan saya dulu. ada lagi pandangan bahwa dua manusia yang merasa saling berjodoh pasti memiliki ikatan emosional, spiritual dan fisik antara keduanya. Hanya dengan menatap matanya, kita akan merasakan getaran dan cinta Benarkah seperti itu kah jodoh kita? lalu bagaimanakah bila ada pasangan pasutri belum pernah merasakan hal itu, karena selama pernikahannya yg ada penderitaan dan tekanan bathin kekecewaam dan demi kekecewaan. Menurut saya JODOH sesuatu yg klop dan matching yg ALLAH berikan sesuai kebutuhann kita. artinya bahwa karakter, sifat dan jiwa serta diri kita yg seperti ini akan klop dan matching bila diberi pasanggan seperti ini. Disanalah kita akan berkembang bersikap bijaksana konsekuensinya adalah bahwa pernikahan itu banyak hal tidak enaknya. inilah yg dimaksud RASULLAH bahwa nikah itu menyempurnakan agama, karena disanalah kita akan belajar shbar, tanggung jawab, komitmen dan belajar memaklumi. Jika pasangan merupakan cobaan untuk seseorang untuk melampaui batas maksimum kemampuannya, maka sebenarnya kesulitan serta masalah yang menyertai hadirnya pasangan hidul pasti akan dibarengi dengan kemampuan kita yang sangat pas untuk mengatasi kesulitan itu. INILAH yg dsbt jodoh atau klop. Karakter pasangan yang begini hanya cocok untuk menguji karakter kita yang begitu, karena akan memunculkan kemampuan kita hingga level sekian dan akan merubah dirimya hingga level sekian. Karena Allah menyukai orang-orang yang berpikir, maka hanya orang tua yang mau berpikir, bersabar dan berusaha maksimal saja yang berhasil menjalani pernikahannya.
Doayang baik untuk mendapatkan jodoh adalah doa yang terdapat dalam surat Al Furqon ayat 74 : "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa".
Kata Tasawuf atau Tashawwuf shufiyyah diambil dari akar kata Yunani yaitu shopia artinya adalah hikmah. Adapula yang mengatakan bahwa kata itu dinisbatkan kepada pakaian shuuf wol –dan inilah makna yang paling dekat dengan kebenaran- dan pendapat inilah yang dianggap kuat oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, sebab beliau melihat langsung orang-orang shufi memakai pakian dari dari shuuf wol dengan anggapan bahwa pakaian itu melambangkan kezuhudan.[1] Yang jelas, kata shufi shufiyyah bukan berasal dari kata shofa bersih sebagaimana yang mereka ahli tashawwuf dakwahkan.[2] Sebab kalau berasal dari shofa الصفاء tidak mungkin menjadi shufi صوفي tetapi صفائي.[3] Penamaan Tasawuf Penamaan Tasawuf/Tashawwuf dan shufi tidak dikenal pada awal Islam. Penamaan ini terkenal ada setelah itu atau masuk ke dalam Islam dari ajaran agama dan keyakinan selain Islam. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa awal munculnya shufiyyah adalah dari Bashrah di Irak. Di Bashrah terjadi sikap berlebih lebihan dalam kezuhudan dan Ibadah yang tidak pernah terjadi di seluruh negeri.[4] Ajarannya dinamakan Tashawwuf , sedang orang yang menganut dan memeluknya dinamakan shufi.[5] Dr. Shabir Tha’imah memberi komentar[6], “ Jelas bahwa Tashawwuf dipengaruhi oleh kehidupan para pendeta Nasrani, mereka suka memakai pakaian dari bulu domba dan berdiam di biara-biara, dan ini banyak sekali. Islam memutuskan kebiasaan ini ketika ia membebaskan negeri dengan tauhid. Islam memberikan pengaruh yang baik terhadap kehidupan dan memperbaiki tatacara ibadah yang salah dari orang-orang sebelum Islam.”[7] Hakikat Tashawwuf dan Perbedaannya dengan ajaran Al-Quran dan Sunnah Syaikh Dr. Ihsan Ilahi Zhahir wafat berkata di dalam bukunya at-Tashawwuf al-Mansya’ wal mashadir , “Apabila kita memperhatikan dengan teliti tentang ajaran shufi yang pertama dan terakhir belakangan serta pendapat-pendapat yang dinukil dan diakui oleh mereka di dalam kitab-kitab shufi, baik yang lama maupun yang baru, maka kita akan melihat dengan jelas Perbedaan yang jauh antar shufi dengan ajaran al-Quran dan as-Sunnah, Begitu juga kita tidak pernah melihat adanya bibit shufi di dalam perjalanan hidup Nabi dan para sahabat beliau, yang mereka adalah sebaik-baik pilihan Allah Ta’ala dari para hamba-Nya setelah para Nabi dan para Rasul. Sebaliknya kita bisa melihat ajaran Tashawwuf diambil dari para pendeta Kristen, Brahmana, Hindu, Yahudi, serta Kezuhudan Budha, konsep asy-syu’ubi di Iran yang merupakan Majusi di periode awal kaum Shufi, Ghanusiyah, Yunani, dan pemikiran Neo-Platoisme, yang dilakukan oleh orang-orang Shufi belakangan.”[8] Berbagai sekte aliran Tasawuf Orang-orang shufi telah berpecah belah sedemikian hebat. Semakin lama dunia pershufian tashawwuf, semakin banyak melakukan penyimpangan dan dan amalan-amalan ibadah yang mengada-ada dalam agama yang jauh lebih dahsyat dari pendahulunya. Dan hal ini telah diperingatkan oleh Rasulullah ﷺ dalam haditsnya, أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللّٰهِ وَ السَّمْعِ وَ الطَّاعَةِ، وَ إِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا، فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْددِي فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَ سُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّيْنَ الرَّاشِدِيْنَ تَمَسَّكُوْا بِهَا وَ عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وِ إِيَّاكُمْ وَ مُحْدَثَاتِ الْأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ “Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, selalu mendengar dan taat, meski yang memerintahkan kalian adalah seorang budak . Barangsiapa hidup sepeninggalku, pasti akan melihat adanya banyak perselisihan. Hendaknya kalian berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah para alkhulafa arrasyidin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah ajaran mereka dengan ajaran kalian. Hendaknya kalian menjauhi ibadah yang dibuat-buat, sesungguhnya ibadah yang dibuat-buat itu adalah bid’ah dan segala bid’ah itu sesat.”[9] Diantara beberapa sekte tarekat shufi yang terkenal, diantaranya Rifa’iyyah, Syadziliyah, Qaqiriyah, at-Tijaniyah,[10] Naqsabandiyah[11] dan lainnya. Mereka masing-masing mengklaim bahwa kamilah yang paling benar, golongan selain kami salah. Padahal Islam sangat melarang untuk berpecah belah dan bergolong-golongan[12] sebagaimana Firman Allah, وَ لاَتَكُوْنُوْا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ 31 مِنَ الَّذِيْنَ فَرَّقُوْا دِيْنَهُمْ وَ كَانُوْا شِيَعًا ، كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُوْنَ 32 “ Janganlah kalian menjadi orang-orang musyrik, yaitu orang-orang yang berpecah belah dalam agamanya dan mereka bergolong-golongan. Setiap golongan bangga dengan golongan mereka masing-masing.”[13] Tokoh-tokoh Tasawuf Banyak sekali pendapat dari tokoh-tokoh tashawwuf yang menyimpang dari al-Quran dan as-Sunnah serta jauh dari apa yang diamalkan oleh para sahabat Nabi ﷺ. Semoga Allah melindungi kita dari berbagai macam keyakinan yang menyimpang. Diantara pendapat tersebut adalah Ibnu Arobi Ia adalah salah seorang tokoh shufi yang terkenal, dimakamkan di Damaskus. Di dalam kitabnya berjudul Futuhat Al Makkiyah, dia berkata, “ Bisa saja sebuah hadits yang sebelumnya dihukumi shahih oleh ahlul hadits berdasarkan jalan periwayatannya, kemudian dihukumi tidak shahih oleh orang yang memiliki ilmu kasyaf ilmu menyingkap rahasia, dengan alasan telah menanyakan langsung kepada Rasulullah ﷺ baik lewat mimpi atau dan Rasulullah mengingkari hadits shahih tersebut dan menegaskan bahwa beliau belum pernah mengatakan hadits itu dan belum pernah menetapkan satu hukum dari hadits tersebut. Sehingga hadits shahih tersebut berubah menjadi hadits dha’if, harus ditinggalkan serta tidak boleh diamalkan berdasarkan keterangan langsung dari Rasulullah ﷺ melalui Allah. Walaupun hadits itu telah diamalkan oleh ahli riwayat ahlul hadits karna riwayatnya shahih, tetapi pada hakikatnya hadits tersebut tidak boleh diamalkan.” Pendapat aneh ini juga dapat ditemukan pada muqaddimah buku Al-Hadits Al-Musytahirah . Pendapat ini jelas-jelas berbahaya dan merupakan ancaman terhadap hadits-hadits Nabi ﷺ. Selain itu pendapat ini juga mencela dan merendahkan ulama-ulama ahli hadits seperti Imam Bukhari, Imam Muslim dan lain-lain.[14] Ibnu Arabi mengajak kepada persatuan agama-agama yaitu Yahudi, Nasrani, Penyembah berhala dan Islam. Dia berkata “ Dulu aku mengingkari teman yang berbeda agama denganku. Tetapi hari ini hatiku telah lapang menerima perbedaan. Karena itu biarkanlah padang rumput untuk kumpulan rusa, biara untuk para rahib, candi untuk berhala, Ka’bah untuk orang thawaf, batu tulis untuk Taurat dan Mushaf untuk Al-Quran.”[15] Pendapat ini dibantah dengan Firman Allah, وَ مَنْ يَبْتَغِيْ غَيْرَ الْإِسْلاَمِ دِيْنًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَ هُوَ فِيْ الْآخِرَةِ مِنَ الْخَٰسِرِيْنَ 85 “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima agama itu daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”[16] Ibnu Arabi juga berkeyakinan bahwa Allah adalah makhluk dan makhluk adalah Allah. Keduanya saling menyembah satu dengan yang lain. Hal ini tersirat dalam syairnya, “Dia memujiku dan akupun memujiNya Dia menyembahku dan akupun menyembahNya ?”[17] Dalam bukunya Al-Fushush haqiqat Ibnu Arabi juga pernah berkata, “ Sesungguhnya seorang laki-laki ketika meniduri istrinya, sebenarnya sedang meniduri Al-Haq.[18] Kita berlindung kepada Allah dari perkataan yang rusak ini. An-Naabalusi Dia menerangkan kata-kata Ibnu Arabi diatas dengan kalimat, “sesungguhnya dia sedang menyetubuhi Al-Haq.” [19] Abu Yazid Al-Bustami Di saat bermunajat kepada Allah, dia berkata, “ Ya Allah! Hiasilah diriku dengan ke-Maha EsaanMu. Kenakanlah kepadaku pakaian keRabbaniyahanMu. Dan angkatlah aku sampai ke derajat Mahatunggal seperti DiriMu. Sehingga jika orang-orang melihat diriku, mereka akan mengatakan, Oh, kami telah melihat Allah.” Abu Yazid berkata, “ Mahasuci aku, mahasuci aku, betapa agung keadaanku, surga bagiku tak lain hanyalah mainan anak-anak saja!!’[20 Jalaludin Rumi Dia pernah berkata, “ Saya seorang muslim. Tapi saya juga seorang Nasrani, penganut Budha dan Zoroaster. Tempat ibadahku bukan satu. Bisa di masjid, gereja, ataupun candi.”[21] Ibnu Faridh Dia pernah berkata, “ Sesungguhnya Allah pernah menampakkan diri kepada Qais dengan bentuk rupa Laila, pernah menampakkan diri kepada kutsair dengan bentuk rupa Azah, pernah menampakkan diri kepada Jamil bentuk rupa Butsainah.” Kalimat ini terdapat dalam Qasidah kumpulan syair-syair nya dengan judul At-Taiyah Al-Ma’rufal. Dala qasidah ini dia mengakui bahwa peristiwa itu adalah Tajliyat Al-Haq penampakan Allah[22] Rabi’ah Al-Adawiyah Ketika ditanya oleh seseorang, “ Apakah anda benci kepada setan? “ Dia menjawab, “ sesungguhnya hatiku yang telah terpenuhi oleh kecintaan kepada Allah, tidak menyisakan sedikitpun kebencian kepada siapa saja.” Dalam munajatnya, dia pernah berdoa, “ Ya Allah, jika aku menyembahMu karna takut neraka, maka bakarlah aku dengan neraka-Mu.” Padahal Allah berfirman, يٰۤأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا قُوْا أَنْفُسَكُمْ وَ أَهْلِيْكُمْ نَارًا. . . “ Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka …”[23] Dan masih banyak lagi pendapat-pendapat dari tokoh-tokoh dan aqidah tashawwuf yang bertentangan dengan Al-Quran dan as-Sunnah.[24] Penyimpangan Aqidah Tasawuf dari Al-Quran dan Sunnah Penyimpangan tashawwuf dalam masalah aqidah banyak sekali. Berikut diantaranya Mereka membangun ibadah-ibadah mereka dengan rasa cinta saja dan tidak mempedulikan rasa takut dan harap, sebagaimana dikatakan oleh sebagian mereka,” Saya beribadah kepada Allah bukan karna menginginkan Surga tidak pula takut dengan Nereka.”[25] Mereka menjadikan kubur-kubur para wali, orang shalih atau yang lainnya sebagai tempat ibadah. Mereka mengajak manusia untuk menyembah kubur, beribadah di sisi kubur, bertawassul kepada penghuni kubur, bertabarruk kepada mereka, minta syafaat kepada mereka dan yang lainnya dari perbuatan syirik.[26] Secara umum, dalam beragama dan beribadah mereka tidak merujuk kepada Al-Quran dan As-Sunnah dan tidak mencontoh Nabi ﷺ. Yang menjadi rujukan mereka adalah perasaan mereka, ajaran guru-guru mereka berupa tarekat-tarekat yang bid’ah, berbagai dzikir dan wirid yang bid’ah, bahkan mereka juga berdalil dengan cerita-cerita, mimpi-mimpi dan hadits-hadits palsu untuk membenarkan ajarannya. Itu semua sebagai ganti dari berdalil dengan Al-Quran dan As-Sunnah.[27] Mereka melazimi terus-terus mengamalkan dzikir dan wirid yang dibuat oleh guru mereka sehingga menjadi terikat dengannya, beribadah dengan membacanya, bahkan bisa jadi mereka lebih mengutamakan dzikir dan wirid itu daripada membaca Al-Quranul Karim. Dan mereka menamakannya dengan “ dzikir khusus”. Adapun dzikir yang berasal dari Al-Quran dan As-Sunnah mereka namakan dengan “ dzikir umum”. Maka kalimat laa ilaaha illallah menurut mereka adalah dzikir umum. Adapun dzikir khusus adalah bentuk kata tunggal yaitu “ Allah”, sedang dzikir lebih khusus lagi khashshatul khashashah ialah kata “ Huwa Dia”.[28] Mereka berlebih-lebihan terhadap para wali dan guru-guru mereka. Ini bertentangan dengan aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’[29] Sebagian mereka mengatakan,” Maqam kedudukan/derajat kenabian di alam barzakh berada sedikit di atas rasul dan berada di bawah wali.”[30] Mereka bertaqarrub kepada Allah melalui nyanyian, tarian, memukul rebana, dan tepuk tangan. Mereka mengganggap hal ini sebagai bentuk ibadah kepada Allah.[31] Membagi manusia menjadi empat tingkatan syari’at, tarekat, hakikat, dan ma’ Menurut mereka, apabila seseorang telah mencapai derajat ma’rifat maka orang itu bebas dari kewajiban syari’at dan tidak perlu lagi shalat, puasa, dan lainnya atau tidak perlu lagi menjauhi larangan seperti zina, minum khamr, dan lain-lain??!!.[32] Membuat-buat dan menetapkan berbagai macam ibadah bid’ah seperti shalat, dzikir, dan lainnya yang tidak ada asal-usulnya dalam agama Islam.[33] Berdzikir berjama’ah dengan suara keras dan dengan satu suara.[34] Berdzikir dengan lafadz “ Allah, Allah, Allah, …” atau “ Huwa, Huwa, Huwa …” atau “ Hu, Hu, Hu ..”[35] Adanya ajaran bi’[36] Ghuluw kepada guru-guru mereka sampai mereka sujud dan menyembah guru-guru mereka yang telah mati.[37] Mereka mengatakan adanya ilmu batin dan ilmu lahir.[38] Dan menurut mereka ilmu yang mereka dapatkan itu terkadang langsung dari Allah, terkadang melalui Malaikat, terkadang mengambil dari Nabi Khidir, terkadang dari mimpi, bahkan terkadang mereka menyangka bahwa mereka mengambil ilmu dari lauhul Mahfudz???!!.[39] Kalangan yang ekstrim dari mereka mengatakan bahwa Allah menitis ke makhlukNya, dan meyakini bahwa Allah adalah makhluk dan makhluk adalah Allah??!!.[40] Dan berbagai macam aqidah menyimpang lainnya.[41] Referensi [1] Majmuu’ fataawa XI/6-7 dan Haqiiqatush shuufiyyah Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [2] Para ahli Tashawuf mengalami banyak kerancuan dan perbedaan yang membingungkan mereka dalam menisbatkan istilah sufi sebagaimana yang dijelaskan oleh al-Imam Ibnul Jauzi dalam kitabnya Talbis Iblis Lihat Bab Kerancuan mereka ahli Tashawwuf dalam menjelaskan penisbatan istilah sufi dalam kitab Talbis iblis oleh Ibnul Jauzi yang ditahqiq oleh syaikh Ali Hasan al-Halabi, Edisi Bahasa Indonesia, Penerbit Pustaka Imam Syafi’I, hal. 220-223 [3] Lihat Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 12 [4] Majmuu’ fataawa XI/16 Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [5] Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [6] Dalam kitabnya ash-shufiyyah mu’taqadan wa maslakan [7] Ash-shufiyyah mu’taqadan wa maslakan dikutip dari Haqiiqatut Tashawwuf karya Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdillah al-Fauzan Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [8] At-Tashawwuf al-Mansya’ wal mashadir cet. I/Idaarah Turjumanis Sunnah, Lahore-Pakistan, H Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [9] Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam kitab as-Sunnah, bab mengikuti Jamaa’ah IV201, Diriwayatkan juga oleh at-Tirmidzi, dalam kitab al-Ilm bab riwayat berpegang pada sunnah dan menjauhi Bid’ah V44, Beliau berkomentar “ Hadits ini hasan shahih.” Diriwayatkan juga oleh Ibnu Majah dalam Mukaddimah, bab Mengikuti al-Khulafa ar-Rasyidun al-Mahdiyin I15-16, dan Ahmad IV46-47 Lihat kitab Nurus Sunnah wa zhulumatul bid’ah fi Dhau’il kitab was Sunnah yang ditulis oleh Dr. Said bin Ali bin Wahf Al-Qahthani yang diterjemahkan oleh Abu Umar Basyir, penerbit Darul Haq, Hal. 54-55 [10] Diraasaat fit Tashawwuf Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [11] Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 13 [12] Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 13 [13] Al-Quran Surat ar-Rum31-32 [14] Lihat Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 39-40 [15] Lihat Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 41 [16] Al-Quran Surat Ali Imran85 [17] Lihat Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 42 [18] Lihat Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 42 [19] Lihat Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 42 [20] Lihat Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 42 [21] Lihat Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 43 [22] Lihat Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 43 [23] Al-Quran Surat at-Tahrim 6 [24] Lihat penjelasan detail tentang penyimpangan aqidah tashawwuf dalam kitab Talbis iblis oleh Ibnul Jauzi yang ditahqiq oleh syaikh Ali Hasan al-Halabi, Edisi Bahasa Indonesia, Penerbit Pustaka Imam Syafi’i, hal. 218-568, lihat pula Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 14-38 [25] Haqiiqatut Tashawwuf karya Syaikh Shalih Fauzan Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [26] Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [27] Haqiiqatut Tashawwuf karya Syaikh Shalih Fauzan Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [28] Haqiiqatut Tashawwuf karya Syaikh Shalih Fauzan Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [29] Haqiiqatut Tashawwuf karya Syaikh Shalih Fauzan Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [30] Haqiiqatut Tashawwuf karya Syaikh Shalih Fauzan Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [31] Haqiiqatut Tashawwuf karya Syaikh Shalih Fauzan Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [32] At-Tashawwuf al-Mansya wal mashadir dan Haqiiqatut Tashawwuf karya Syaikh Shalih Fauzan Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [33] Al-Fikrus Shuufi Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [34] Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [35] Haqiiqatut Tashawwuf karya Syaikh Shalih Fauzan Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [36] Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [37] Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [38] At-Tashawwuf al-Mansya wal mashadir Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [39] Al-Fikrus Shuufi Lihat Mulia dengan manhaj salaf, [40] Al-Fikrus Shuufi Lihat Mulia dengan manhaj salaf, hal. 527 [41] Lihat penjelasan detail tentang penyimpangan aqidah tashawwuf dalam kitab Talbis iblis oleh Ibnul Jauzi yang ditahqiq oleh syaikh Ali Hasan al-Halabi, Edisi Bahasa Indonesia, Penerbit Pustaka Imam Syafi’i, hal. 218-568, lihat pula Kitab ashshufiyyah fii mizanil kitab wa as-sunnah, oleh Syaikh Muhammad Jamil Zainu, Edisi bahasa Indonesia, penerbit Media Hidayah, hal. 14-38

Jodoh!! Bagaimana Menurut Pandangan Islam? Orang-orang yang tadinya tidak saling mengenal bisa Allah pertemukan dan Allah hadirkan kasih sayang di dalam hat

Diantaranyahadits tentang jodoh yang artinya: "Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (bersatunya sperma dengan ovum), kemudian menjadi 'alaqah (segumpal darah) seperti itu pula. Kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) seperti itu pula. 7tKQKS.
  • 7gbyco3801.pages.dev/117
  • 7gbyco3801.pages.dev/322
  • 7gbyco3801.pages.dev/463
  • 7gbyco3801.pages.dev/79
  • 7gbyco3801.pages.dev/431
  • 7gbyco3801.pages.dev/258
  • 7gbyco3801.pages.dev/57
  • 7gbyco3801.pages.dev/210
  • hakikat jodoh menurut tasawuf